Cakrawalaasia.news, Medan – Puluhan wartawan di asrama haji yang meliput pemulangan haji Kloter 9 diusir secara arogan dari ruang pemulangan Aula Madinatul Hujjah oleh oknum petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) Kota Medan, dengan alasan menganggu Walikota Rico Waas.
Wartawan tidak dibolehkan berdiri di belakang dan mendekat Walikota. Bila ada yang mendekat atau tegak di belakang Walikota walau sudah dibatasi pagar besi, tetap saja diusir dari lokasi itu.
Padahal selama ini siapapun yang datang, baik Menteri, Dirjen maupun Kepala Daerah dari kabupaten/kota di Sumatera Utara, tidak ada petugas, pengawal atau protokol pejabat pernah mengusir wartawan saat mendekatinya.
Hebatnya, baru dengan Walikota Rico Waas inilah, oknum pengawal dari Satpol PP dan protokol dinilai arogan. Wartawan yang hendak melakukan peliputan, di usir oknum Satpol PP Pemerintah Kota Medan.
Tentu alasan yang disampaikan oknum petugas Satpol-PP Medan, ditolak para jurnalis yang setiap harinya melakukan liputan pemulangan haji di Asrama Haji Medan.
Sebab, beberapa Walikota dan Bupati yang datang menjemput jamaah haji daerahnya, para wartawan bebas melakukan liputan di area yang sudah disiapkan panitia pelaksanaan haji dan wartawan yang bertugas tetap tertib, sopan, dan ramah.
“Arogan, sombong, protap Walikota Medan mencederai tugas wartawan yang sedang melakukan liputan jurnalistik di Asrama Haji Medan. Tidak patut diperlakukan seperti itu, sebab para wartawan hanya melakukan tugas liputan bukan untuk mengganggu Walikota Medan. Dan selama ini pengawal dan protokoler dari kepala daerah lain tak ada yang seperti itu. Biasa biasa saja. Tidak arogan,” ujar Ketua DPW Ikatan Media Online (IMO) Indonesia Sumatera Utara, HA Nuar Erde, pada Minggu (22/6/2025).
Ketua DPW IMO Indonesia Sumatera Utara ini menyesalkan perlakuan yang cendrung arogan oleh oknum anggota Satpol-PP Medan dalam mengawal Walikota Medan Rico Waas, tanpa melihat jurnalis sedang melakukan kegiatan liputan haji.
“Ini menjadi catatan buruk bagi Walikota Medan yang terkesan berjarak dengan masyarakat, bahkan anggota Porlep yang sedang bertugas pun dihentikan kerjanya karena Walikota mau masuk Asrama Haji, sedangkan jalan masih lebar. Alasan protap pengamanan, katanya walikota Medan mau masuk. Apa urusannya dengan porlep dilarang kerja,” tanya HA Nuar Erde
Nuar Erde juga mengatakan bahwa Asrama Haji bukan Balaikota, dan petugas Kepolisian juga sudah standby melakukan pengamanan secara humanis.”Kok malah Satpol-PP Medan kerjanya melebihi tugas Kepolisian,” ujarnya.
Ditambahkannya, perlakuan pengamanan tim keamanan Walikota Medan sangat berlebihan, sementara Walikota dan Bupati dari daerah lain tidak ada protap pengamanan Kepala Daerah yang mengusir para jurnalis, bahkan para ajudan dan tim pengamanan sangat humanis dan akrab dengan awak media yang sedang melakukan tugas liputan.
“Kita harap Walikota Rico Waas lebih humanis dan tidak membiarkan pengawal dan ajudannya bersikap arogan. Lalu petugas yang ikut dengan Walikota harus juga mematuhi aturan. Seperti di Asrama Haji ini kalau tidak id card untuk masuk jangan pula ikut serombongan masuk. Yah minta izin lah kalau masuk ke Asrama Haji ada laporan dan minta tanda pengenal boleh masuk sehingga boleh masuk ke Aula Madinatul Hujaj. Ini sudah masuk tak ada badge, eh malah mengusir wartawan yang sudah puluhan tahun meliput dan memakai badge di Aula Madinatul Hujjaj. Apa ini tidak arogan. Jangan mengatur di kantor orang dan harus ikuti aturan lah. Jangan suka hati kerja ini. Harus paham,” ujarnya.
Apresiasi Petugas Keamanan
Selanjutnya wartawan di Asrama Haji khususnya yang tergabung dalam Forwaji memberi apresiasi kepada petugas keamanan dari jajaran kepolisian yang sigap menjaga kondusifitas di Asrama Haji. Sebab setelah mereka melihat keributan itu dan menerima laporan dari wartawan yang bertugas, untuk menindak setiap orang yang masuk Aula Madinatul Hujaj tanpa badge untuk keluar selain jamaah dan tamu undangan.
Kabid Pengamanan, AKBP Yudi Atnis ST., M.H., ketika ke lokasi dan menyisir setiap orang yang masuk ke aula harus memiliki badge selain jamaah dan tamu undangan, ia mendapati oknum Satpol PP dan dari protokoler yang mengusir wartawan tadi jumlahnya sekira empat orang, akhirnya diusir keluar dari Aula Madinatul Hujaj.
“Beliau (AKBP Yudi Atnis) dengan tegas kepada petugas Satpol-PP Medan yang masuk tidak menggunakan tanda masuk (ID card), langsung ditindak untuk keluar dari Aula Madinatul Hujaj Asrama Haji Medan. Kita apresiasi kepada petugas keamanan Asrama Haji Medan dari Poldasu. Kami punya badge dan bertugas dengan kondusif, diusir oleh petugas Satpol PP dan protokoler yang tak memiliki izin masuk alias id card-nya tak ada. Namun karena ketegasan aparat keamanan kepolisian, mereka berempat dikeluarkan dari Aula Madinatul Hujaj,” tutup HA Nuar Erde.