Cakrawalaasia.news, Yogyakarta – Pilar pilar Kagungan Dalem Pagelaran Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat kembali bersinar meriah, dipadati hampir seribu orang yang hadir pada Rabu (22/10) malam usai tumpah ruah menyaksikan gegap Kirab Trunajaya.
Semua nampak duduk rapi nan antusias menghadap panggung gemerlap yang dipenuhi hampir 80 paraga beksa (penari) Beksan Trunajaya yang berkirab menuruni Kagungan Dalem Siti Hinggil diiringi Gendhing Bubaran Panyutra.
Pekik raus terdengar bersambut iringan Gendhing Raja Manggala pertanda Ingkang Sinuwun Sri Sultan Hamengku Bawono Ka-10 telah Miyos, didampingi para Putra Dalem Putri GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Hayu, GKR Bendara, Mantu Dalem, KPH Notonegoro serta Wayah Dalem terkasih RAj. Artie Ayya Fatimasari Wironegoro dan RAj. Nisaka Irdina Yudonegoro.

Kehadiran ini menjadi pelengkap bahagia Sinuwun yang genap berusia 82 tahun dalam penanggalan kalender Jawa pada 29 Bakdamulud Dal 1959.
Beksan Trunajaya yang terdiri dari Beksan Lawung Alit, Beksan Lawung Ageng, dan Beksan Sekar Madura pun tampil silih berganti. Mahakarya seni Sri Sultan Hamengku Buwono I ini terinspirasi dari perlombaan watangan, yakni latihan ketangkasan dan adu tombak sambil berkuda yang dilaksanakan Abdi Dalem Prajurit pada masa lampau.
Gerakan-gerakan dalam Beksan Trunajaya mengandung unsur heroik dan patriotik, mengalir dalam bentuk karakter alus maupun gagah yang bernuansa maskulin.

Dalam setiap bagian tarian, terdapat dialog-dialog dalam berbagai bahasa, mulai dari Jawa, Madura, Melayu, Bagelen, dan Bagongan, sesuai dengan bahasa daerah asal prajurit keraton yang datang dari berbagai penjuru nusantara.
Tak hanya menjadi penonton, setiap pasang mata yang hadir di Pagelaran menjadi bagian penting dalam Beksan Trunajaya. Terkadang menjadi ‘Kanca Mara Sowan’ yang turut bersahut dengan para penari.
Terkadang, menjadi pendukung dua kelompok yang berlaga sembari bersorak sorai ramai. Di akhir penampilan Beksan Trunajaya, semua yang hadir bersulang dengan segelas wedang secang. **











